Minggu, 23 November 2008

warna hidup

Minggu, 23 November 2008
tidak ada satu katapun yang bisa mengungkapkan bagaimana pahit dan manisnya cinta, semua serba abu2. kadang seneng kadang sedih, kadang tertawa kadang menangis. tapi yang kali ini gw lagi ngrasain yang enak2nya cinta sob.

hidup gw seneng lagee sob, sangking senengnya nich berat badan gw kembali normal. pas ama tinggi badan gw. cuman ada 1 hal yang bikin sedih... ada 1 orang yang ga jelas jeluntrungannya tiba2 ga mo dihubungin, ngilang gitu aja.

yaa.. emang sich orang2 pada punya kesibukan masing2. tapi balas sms aja kok yooo ga sempet. yaa udah ga gw sms ampe sekarang. ntar klo butuh kan cari2 gw lage..'sok penting banget yaaa gw'

balik lagee soal cinta, kadang cinta membawa kesengsaraan. gw musti keluar uang disaat uang bulanan menipis. anjrit.... klo gw orang kaya mungkin ga perlu mikirin buat bbrapa hari kedepan gw makan pake apa klo duit dah abis.

yoo wes lah... hidup untuk di jalani apapun resikonya. and setelah resiko itu qta jalani, resiko itu akan menimbulkan resiko lagi. jadi jalani aja tanpa perlu mikir resikonya okeh....

Minggu, 09 November 2008

AKHIRNYA KAU MATI

Minggu, 09 November 2008
Sekitar pukul 00.15 WIB, Ahad (9/11), tiga terpidana mati Amrozi, Ali Gufron, dan Imam Samudera menjalani eksekusi mati dengan cara ditembak. Terpidana dihadapkan dengan regu tembak dengan jumlah 12 anggota Brigade Mobil setiap regu.

Eksekusi bertempat di Bukit Nirbaya Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, atau sekitar empat kilometer dari LP Batu. Usai eksekusi, jenazah diperiksa tim dokter untuk memastikan ketiga terpidana telah meninggal.

Pelaksanaan eksekusi mati terhadap Amrozi cs seolah menjawab semua pertanyaan. Meski menentang eksekusi mati, namun waktu itu datang juga. Eksekusi telah dilaksanakan dan maut menjemput ketiga terpidana yang menyandang predikat teroris paling berbahaya karena dianggap terbukti mendalangi peledakan Bom Bali I pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.

Amrozi "si penyuplai bahan bom" dikenal cuek dan seakan tak peduli pada kasusnya. Itulah sifat yang dimiliki Amrozi Bin Nurhasyim. Karena sikapnya itu, Amrozi dikenal sebagai smiling assasin atau pembunuh yang tersenyum. Sikap cueknya juga sempat membuat hakim kesal karena anak kelima dari 13 bersaudara ini menolak bersaksi.

Amrozi ditangkap di rumahnya di Desa Tenggulun. Amrozi yang dibantu Ali Imron bertugas membeli bahan peledak dan mobil L-300 yang diketahui digunakan untuk membawa peralatan pengeboman.

Terpidana mati lainnya, Ali gufron alias Muklas. Dia adalah kakak kandung Amrozi dan Ali Imron. Muklas yang fasih berbahasa Arab dan Inggris itu menjadi figur penting bagi kedua adiknya. Muklas rela meninggalkan bangku kuliah dan pergi ke Afghanistan untuk bergabung dengan kaum Mujahidin. Muklas mengakui terlibat serangkaian peledakan bom di Indonesia selama 2001. Pada Bom Bali I, Muklas bertugas pencari dana untuk pembuat bom.

Yang terakhir adalah Abdul Aziz alias Imam Samudera. Pria asal Kampung Lopang Gede yang dikenal keranjingan internet ini sempat tinggal di Malaysia dan Afghanistan. Di negara itulah, Imam Samudera diduga belajar soal senjata api dan bom. Imam Samudera ditangkap tanpa perlawanan di sebuah bus Pelabuhan Merak. Dia diketahui perancang pengebomam Bom Bali I.

com/:harusnya kau contoh boss mu oshama bin laden, tidak semua tau dengan jelas tujuan jihat tapi yang jelas buatku selama semua masih bisa diomongin baik2 ga perlu ada pertikain. Tuhan cuma satu tapi jalan menuju kesana banyak, tinggal kamu mau pilih yang mana...?